Essays24.com - Term Papers and Free Essays
Search

Good

Essay by   •  July 15, 2010  •  1,594 Words (7 Pages)  •  3,443 Views

Essay Preview: Good

Report this essay
Page 1 of 7

J.CO, si Donat Lokal

Latar Belakang.

Produk Doughnuts, Donuts, atau Donat, sebenarnya bukan barang baru di Indonesia khususnya di Jakarta. Sejak tahun enampuluhan, American Donuts sudah muncul di kota-kota besar di Jawa, khususnya Jakarta dan Bandung tapi pada umumnya hanya muncul sebagai kueh donat saja bukan sebagai donat yang branded atau bermerek seperti yang kita saksikan dewasa ini. Kemudian sekitar tahun 1970, muncul berbagai merek global dalam wujud makanan siap saji, dan di antara itu adalah Dunkin Donuts, yang berasal dari Amerika di mana bisnis tersebut telah mulai bergulir sejak tahun 1950 di Quincy USA. Bisnis tersebut melalui sistem waralaba kemudian berkembang dan menyebar secara global ke berbagai penjuru dunia, bahkan pada bulan Agustus tahun 2006, perusahaan tersebut telah berhasil meraih revenue sebesar 4,7 Miliar Dolar AS. Keberhasilan seperti ini , tentu tidak hanya diraih karena pengelolaan bisnis yang efektif dan efesien, tetapi terutama karena keberhasilan mengelola Merek atau Brand "Dunkin Donuts".

Disamping itu, keberhasilan global brand seperti ini, tidak hanya didukung oleh kualitas produk dan pengelolaan merek tetapi juga karena ada perubahan perilaku konsumen, khususnya mereka yang berada di kota-kota besar atau kota-kota industri baik diluar negeri maupun yang berada di dalam negeri. Salah satu kecenderungan yang menonjol dari orang-orang yang tinggal di kota-kota besar adalah, mereka lebih suka makan diluar dari pada makan dirumah. Kecenderungan yang sama pun terjadi di kota-kota besar di Indonesia apalagi seperti di Jakarta ini, bahkan kecenderungan ini semakin di dorong dan didukung oleh lahirnya berbagai mol (mall) yang tidak saja menjadi tempat berbelanja bagi keluarga tetapi juga menjadi tempat bersenang-senang (amusement centers) bagi keluarga. Gerai-gerai makanan tidak saja muncul di mol tapi juga di berbagai tempat-tempat khusus lainnya. Alhasil, donat tidak saja menjadi penganan orang-orang gedongan tetapi juga sudah menjadi penganan berbagai lapisan sosial masyarakat. Itulah sebabnya, Dunkin Donuts di Indonesia telah berhasil membuka lebih dari 200 gerai di seluruh kota-kota di Indonesia.

Menjelang akhir tahun 2007 ini, Dunkin Donuts mendapat saingan berat yang juga berasal dari Amerika yakni Krispy Cream Doughnuts, dan donat jenis ini pun sudah menjadi Donat Global. Gerainya pun segera dibuka diberbagai mol besar di Jakarta, dan sudah pasti juga akan bergulir ke berbagai kota besar di Indonesia.

Munculnya Donat Lokal

Saingan Donat Global akhirnya juga muncul di negeri ini, dimulai dengan Country Donuts (sebenarnya merek ini sudah ada di Amerika, tapi belum mengglobal atau barangkali belum di patenkan, hal ini kurang begitu jelas), yang menurut pemiliknya A . Khoirussalim tidak menggunakan sistem gerai tetapi melakukan penjualan langsung. Kemudian muncul "J.CO" yang pemilikinya adalah Johny Andrean sebagai Presiden Direktur PT J.CO Donuts & Coffee, dengan visi dan misinya adalah sbb:

Peacock in our logo represents corporate vision & mission

Vision

* To establish J.CO Donuts &Coffee as the foremost international Premium Donuts and Coffee Brand

* To be the trend-setting lifestyle in donuts & coffee brand

* To be the right company for the right people in achieving their dreams

Mission

* To provide premium quality donuts & coffee

* To encourage our people to reach their dreams

* To put customers as our focus

* To commit ourselves to giving excellent service with our heart and soul

Perusahaan milik Johny Andrean ini sudah sukses dengan jaringan salon penata rambutnya dan juga gerai roti "Bread Talk" yang sudah beken itu. Gerai pertama dari "J.CO" ini dibuka di Lippo Karawaci pada 26 Juni 2005, dan hanya dalam dua tahun beroperasi perusahaan ini telah berhasil membuka 25 gerai di seluruh Indonesia, bahkan baru-baru ini mereka berhasil membuka gerai mereka yang pertama di Malaysia dan Singapura.

Menurut Roy Sembel seorang pakar manajemen, "J.CO" mampu mengubah wajah bisnis donat yang selama ini ada di Indonesia , karena mereka tampil dengan konsep open kitchen (dapur terbuka), yang memungkinkan konsumen menyaksikan langsung pembuatan donat. Hal ini tentu memberi pengalaman lain pada konsumen. Yang jelas bahwa konsumen sekarang ini jauh lebih kritis dari konsumen sepuluh tahun lalu. Perilaku konsumen dewasa ini sudah banyak berubah, terutama mereka pada umumnya ingin membeli produk yang berkualitas, tetapi sekaligus produk yang lebih murah.

Keinginan untuk memasuki bisnis donat, menurut Johnny Andrean pemilik J.CO Donuts & Coffee, sebenarnya sudah ada sejak lima tahun lalu, jauh sebelum ia membeli BreadTalk, waralaba toko roti asal Singapura itu. Waktu itu, ia ingin masuk ke bisnis donat tanpa harus menjadi bayang-bayang pemain dan merek yang sudah ada. Intinya, suami Tina Andrean, seorang perancang gaun pengantin, ini ingin membuat dan menciptakan produk sendiri lewat inovasi yang diberikan pada donatnya. Mulai dari donatnya yang dibuat lebih lembut dan punya banyak pilihan rasa, hingga penyajiannya yang dibuat fresh (langsung) dari oven dalam keadaan hangat. "Saat J.CO hadir dalam pasar di tahun 2005, belum ada satu pun produk donat yang fresh from the oven," kata pria yang juga pemilik jaringan Salon Kecantikan Johnny Andrean ini. Tidak hanya itu, desain kemasan (packaging design) J.CO dibuat sedemikan rupa sehingga bertaraf internasional , dengan harga retail sekitar Rp. 5.000.- sedangkan variasi kopinya antara Rp.12.500 sampai Rp. 23.500.

Perilaku Konsumen terhadap Brand Lokal dan Global

Pada tahun 1999 dan tahun 2000, beberapa ahli marketing di Asia Tenggara khususnya dalam bidang perilaku pelanggan mengadakan penelitian dan menemukan bahwa kecenderungan konsumen dan pelanggan di Asia Tenggara ternyata lebih menyukai merek-merek global dari pada brand lokal. Dalam penelitian itu pun terungkap bahwa budaya pada masing-masing daerah pemasaran memiliki pengaruh yang signifikan pada perilaku pelanggan. Contoh yang banyak ditemui misalnya tentang warna. Pada umumnya dalam kultur Cina, warna merah senantiasa membawa keberuntungan, sedangkan bagi

...

...

Download as:   txt (10.3 Kb)   pdf (126.3 Kb)   docx (13 Kb)  
Continue for 6 more pages »
Only available on Essays24.com