J.Co
Essay by 24 • December 24, 2010 • 973 Words (4 Pages) • 1,434 Views
Ð'... tentang inovasi dan berpikir holistik
October 11, 2006
J.CO
Filed under: Entrepreneurship, Innovation Ð'-- itpin @ 8:04 am
Sejak J.CO pertama kali dibuka 26 Juli 2005 lalu di Jakarta, orang-orang masih berebut antri untuk membeli donut-nya. Sampai hari ini, J.CO telah membuka 11 gerai yang tersebar di Jakarta (7 gerai), Surabaya (1), Bandung (2), dan Makassar (1). Segeran menyusul: Medan, Bali, Pekan Baru, Bogor, dan Batam. Karena letaknya sering di pusat-pusat perbelanjaan kelas menengah ke atas dan suasana gerainya yang memancarkan aroma kemewahan, banyak yang berpikir J.CO adalah franchise dari luar negeri. Padahal, J.CO yang bernama resmi J.CO Donuts & Coffee tersebut adalah produk asli putra Indonesia, Johnny Andrean.
Johnny Andrean tentu saja bukan nama asing di telinga kita. Selain membuka usaha salon yang saat ini sudah memiliki lebih dari 200 cabang, Johnny Andrean juga membeli franchise BreadTalk dari Singapura. Menurut sebuah artikel di Harian Kompas, ide untuk mendirikan J.CO sudah ada sejak lima tahun lalu. Karena menyukai donut, Johnny sering berpikir bagaimana menjadikan donut sebagai sebuah gaya hidup.
Setelah melakukan survei, Johnny menemukan kebanyakan gerai yang menjual donut tidak menjual minuman yang enak. Selain itu, masyarakat sekarang lebih sadar kesehatan. Berbekal pengetahuan tersebut, Johnny akhirnya memutuskan menggabungkan donut yang lebih sehat (tidak terlalu manis) dengan minuman berkualitas. Ide inovatif lainnya adalah memperkenalkan semacam "tangga lagu" untuk varian-varian donutnya. Varian donut yang kurang laku tidak akan dijual lagi. Seleksi alamiah tersebut menjamin varian donut yang dijual J.CO selalu sesuai dengan selera pasar.
Lebih jauh lagi, J.CO sudah dipersiapkan untuk merambah dunia internasional. Karena itu, Johnny sengaja memilih nama yang mudah diucapkan dalam bahasa apa pun. Penataan ruang juga diberi perhatian khusus agar menimbulkan kesan modern. Johnny juga tidak perlu merasa malu meniru sistem dapur terbuka yang dipelajarinya dari BreadTalk. Bahan makanan yang dipakai juga berstandar internasional. Coklat, misalnya, didatangkan dari Belgia yang memang terkenal dengan pembuatan coklatnya. Dari California, kacang almond. Dari Selandia Baru, keju. Dari Jepang, teh hijau. Johnny juga tidak sungkan-sungkan melibatkan enam konsultan asing dengan keahlian berbeda.
J.CO tak pelak lagi adalah sebuah inovasi besar yang dilakukan oleh putra Indonesia. J.CO juga memberi kita beberapa pelajaran penting, terutama bagi yang ingin belajar inovasi dan berwiraswasta di pasar Indonesia.
Pertama, inovasi yang berhasil tidak harus di bidang teknologi tinggi. Malah kebanyakan inovasi yang berhasil tidak memiliki kandungan teknologi tinggi. Selain itu, inovasi juga tidak harus dalam bentuk produk semata yang mudah untuk ditiru. Apa sulitnya meniru pembuatan donut, minuman teh hijau, atau ice blended coffee? Inovasi yang berhasil tidak pernah melupakan aspek proses dan intangible assets, seperti upaya branding dan penciptaan emotional benefits untuk pelanggannya. Dalam melahirkan inovasi, kita juga tidak perlu malu untuk mencontoh apa yang sudah ada, seperti pemakaian konsep dapur terbuka yang diambil Johnny Andrean dari BreadTalk. Namun tentu saja peniruan tersebut bukan peniruan mentah-mentah, melainkan harus digabungkan dengan konsep-konsep lain agar tercipta sesuatu yang baru.
Kedua, inovator yang berhasil umumnya tidak melanglang jauh-jauh dari bidang yang dikuasainya. Lewat BreadTalk, Johnny sudah banyak belajar bagaimana menangani gerai makanan. Lewat salon Johnny Andrean, dia juga sudah belajar mengelola jaringan toko dan bagaimana menjadikan sebuah produk/layanan sebagai bagian dari gaya hidup. Pengetahuan inilah yang di-leverage ke J.CO dengan sukses.
Ketiga, jangan pernah melupakan unsur passion. Mengapa Johnny memilih donut dan bukan produk lainnya? Jawabannya, seperti yang sudah disebutkan di atas, karena Johnny memang menyukai donut. Passion ini sering dilupakan pada saat kita ingin memulai bisnis baru, padahal passion bisa menjadi motivator yang sangat kuat bila kita menemui rintangan. Passion juga bisa membantu kita menciptakan competitive advantage karena bila kita benar-benar menyukai sesuatu, kita memiliki keinginan yang lebih untuk melakukan yang terbaik.
Keempat, inovasi yang baik lahir dari pengamatan pasar. Jaman di mana kita bisa mengatakan
...
...